Powered by Blogger.

Guest book

RSS

. . .

Selamat datang di blog resmi Budi Prasetyo... Sering-sering mampir yaaa ! ^_^

Estetika Dalam Kerja Dokumenter



Estetika Dalam Kerja Dokumenter

Assalamu'alaikum Wr. Wb
Pada tautan kali ini, saya akan membahas mengenai Estetika Dalam Kerja Dokumenter yang merupakan tugas dari mata kuliah saya yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, berikut ulasan yang saya berikan...

Pendokumenter selalu menghadapi kebingungan. Meskipun ia berada dalam bisnis penyediaan bukti faktual dan berkomitmen untuk menjelaskan kebenaran (truth-telling), dokumenter dirasakan media massa sebagai bentuk ekspresi pribadi. Seringkali, pendokumenter tersebut diidentifikasi sebagai penulis tunggal atau setidaknya bagian dari kelompok kolaborator yang mengklaim kepenulisan dan yang namanya tercetak pada halaman atau digulung dalam kredit. Yang pasti, ada ketegangan antara menceritakan kebenaran dan estetika visi pribadi juga pernyataan (Gross, Katz, & Ruby, 1988).
Di satu sisi, pendokumenter membuat kontrak tersirat dengan kedua subjek (s) dan penonton bahwa apa yang mereka hadirkan itu benar untuk apa yang James Agee sebut "aktualitas manusia." Mereka dituduh secara akurat mewakili apa yang ada dengan minimal campur tangan pribadi. Namun pendokumenter adalah orang dengan ego dan dianggap sebagai pencipta, sehingga penciptaan visi pribadi dan pernyataan artistik merupakan bagian dari motivasi dan alasan untuk membuat film dokumenter.
Estetika karya dokumenter dapat membingungkan dari waktu ke waktu, juga pesan meta (meta-messages) dapat dibuat setiap saat dalam proses kreatif, dari praproduksi melalui produksi untuk pascaproduksi. Misalnya, sementara fotografer mungkin mengambil foto dan awalnya berniat untuk menjadi bagian dari presentasi yang lebih besar dari banyak gambar pada halaman, masing-masing memberikan elemen aditif untuk pembangunan suatu kebenaran yang lebih besar terdiri dari semua gambar, bahwa gambar tunggal mungkin menjadi lebih besar dari dirinya sendiri jika ia menangkap campuran mencakup isi, bentuk dan komposisi. Hal ini diangkat atas sisa gambar. Kemudian ia mungkin menemukan dirinya dalam konteks baru, dibingkai dan digantung pada dinding museum, menandakan ekspresi baru: sebuah foto seni, pesan meta baru. Meskipun pendokumenter fotografi dilatih untuk melihat dan mengartikulasikan fakta visual, ia juga berharap bahwa gestalt dari gambar akan lebih dari jumlah sederhana dari data. Para fotografer dokumenter sosial misalnya, berharap bahwa penonton akan sangat tersentuh oleh penyataan ketidakadilan sosial yang akan dipindahkan ke tindakan pemerintah dan lobi atau bisnis menerapkan sumber daya untuk memperbaiki masalah.
Pada akhirnya, biarpun isi lebih penting daripada kesenian di fotografi dokumenter dan ekspresi dari sebuah narasi, koheren menarik lebih penting daripada ekspresi diri. Prinsip-prinsip estetika terutama digunakan untuk menginformasikan bukan untuk membuat atau mengevaluasi seni. Terapan Media estetika adalah bentuk pragmatis, dengan estetika menjadi cara untuk mengoperasionalkan visi, untuk membuatnya jelas dan mudah dipahami. Misalnya, pencahayaan mengungkapkan isi, meskipun mungkin juga membangkitkan suasana hati, untuk meng-exposed sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan bahkan untuk melihat sebuah benda di alam ini kita memerlukan pantulan cahaya. Pada prinsipnya lensa adalah seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan ditransmisikan ke film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis lensa yaitu:
§  Lensa Wide: adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
§  Lensa Normal: adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
§  Lensa Tele: adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya disebut: Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.
Komposisi adalah alat untuk penekanan dan subordinasi, membangun hirarki makna dengan mengatakan kepada penonton, "Ini adalah hal di bidang Anda didefinisikan pandang bagian terpenting dari gambar dan rincian tambahan lainnya memperkuat pentingnya itu." Zettl menyebutnya sebagai "klarifikasi dan intensifikasi".
Selanjutnya juga akan masih membahas mengenai thema dalam Bab buku yang diberikan tugas oleh dosen saya dan dihadirkan pada artikel selanjutnya. Terima kasih telah membaca artikel ini..
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

sumber: 

Handbook of Visual Communication Research: 

Theory, Methods, and Media

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment